Kelompok
2
Nama
/ kelas : Devi mariana / 4EB09
N P
M : 21209273
BAB : 6 / 7
Translasi
Mata Uang Asing – Analisis Laporan Keuangan
TUGAS 1
TRANSLASI MATA UANG ASING
1.
Pengaruh Metode translasi mata uang asing terhadap Laporan Keuangan
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam
akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya
waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa
tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti
runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui
oleh pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah
meningkatkan pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan.
Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan besar meningkatkan
ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan
pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta
asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi
intemasional ini.
Ketiga nilai tukar berikut ini digunakan
ketika melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang
domestic. Pertama, kurs ini adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan
keuangan. Kedua, kurs histories adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva
dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam
mata uang asing pertama kali terjadi. Terakhir, kurs rata-rata yaitu rata-rata
sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar
histories. Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar histories dibandingkan dengan
kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan ketika digunakan sebagai
koofisien translasi mata uang asing. Kurs nilai tukar histories umumnya
mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing
dalam laporan berdenominasi mata uang domestic.
a. Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan
keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai
entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah
lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut
mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari
laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan
dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode
kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing
sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini
mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio
keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang
dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya,
yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara
konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena
merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena
menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil
operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya
dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan
perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku,
hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari
masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya,
jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA
1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif
dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs
berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar
(translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan
sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi
kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena
mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai
tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator
perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena
nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh
inflasi lokal.
b. Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan
nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi.
c. metode semacam itu akan dibahas berikut
ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan
pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain
sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak
di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya
dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan
dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban
depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing
bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang
akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai
kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah
kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual.
Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar
tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana
yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya
metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal,
translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian
ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk
mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah
(restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS,
aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang
dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar
pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku
ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun
begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal
laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau
pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk
mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item
valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan
kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip
temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur
pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku
pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan
harga uang tersebut.
Nilai tukar yang dapat digunakan saat melakukan translasi
saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik, yaitu:
a)
Kurs kini (current),
adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan.
b)
Kurs historis
(historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata
uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam mata
uang asing pertama kali terjadi.
c)
Kurs rata-rata
(average), adalah rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai
tukar kini atau kurs nilai tukar historis.
Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar historis
dibandingkan kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan ketika
digunakan sebagai koefisien translasi mata uang asing umumnya
mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing
dalam laporan berdenominasi mata uang domestik. Penggunaan kurs nilai tukar historis melindungi laporan
keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing, yaitu
dari kenaikan dan penurunan dalam ekuivalen saldo mata uang asing yang
timbul dari fluktuasi kurs translasi antar periode pelaporan. Penggunaan
kurs kini menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat
dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan
mata uang asing. Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam mata uang
perusahaan pelapor. Dari dua jenis
penyesuaian transaksi, yang pertama keuntungan dan kerugian atas transaksi
yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk
mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan pada
saat penyelesaian, yang kedua adalah keuntungan dan kerugian transaksi yang
belum terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi
diselesaikan.
Suatu transaksi yang direalisasi (atau sudah
diselesaikan) menimbulkan keuntungan dan kerugian yang nyata yang
tercermin secepatnya dalam laba, sedangkan penyesuaian translasi (termasuk
keuntungan dan kerugian atas transaksi yang belum terselesaikan) bersifat
belum direalisasi atau masih di atas kertas. Perlakuan akuntansi yang
tepat atas keuntungan dan kerugian jenis ini belum jelas.
2.
Melakukan evaluasi dan memilih metode translasi
mata uang asing terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas,
piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter
ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya.
Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya
histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini
dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan
kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang
domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu waktu
pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di
berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata uang
asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini, metode
kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam
mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi
dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan secara
konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode
translasi mengacu pada histories atau kurs kini. Kurs rata-rata sering
digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara
menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam
situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa
alternative yang disarankan adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti
yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
Satu metode translasi tidak dapat memenuhi dengan sama translasi
yang dilakukan berdasarkan kondisi yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda.
Ada tiga pendekatan translasi yang berbeda yan dapat diterima:
1. Metode historis
2. Metode kini
3. Tidak dilakukan translasi sama sekali
Objek translasi adalah
untuk mengubah unit pengukuran laporan keuangan anak perusahaan luar negeri
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum di negara
asal induk perusahaan. Prinsip temporal pada umumnya mempertahankan prinsip
akuntansi yang digunakan untuk mengukur aktiva dan kewajiban yang awalnya
dinyatakan dalam unit mata uang asing.
Tidak ada translasi
yang memadai jika dilakukan antara mata uang yang sangat tidak stabil dan
sangat stabil, karena tidak akan menghasilkan informasi yang bermakna meski
menggunakan metode yang manapun.Translasi tidak diperlukan jika laporan
keuangan perusahaan independen dikeluarkan diterbitkan benar-benar untuk tujuan
pemberian informasi bagi para penduduk negara lain yang berada dalam tingkat
perkembangan ekonomi yang dapat dibandingkan dan memiliki situasi mata uang
nasional yang dapat dibandingkan.
Kurs translasi yang
tepat mencerminkan kenyataan ekonomi dan usaha yang ada. Kurs pasar bebas yang
digunakan untuk transaksi spot di negara di mana akun-akun ditranslasikan ke
nilai asalnya adalah satu-satu kurs yang secara tepat mengukur nilai transaksi
sekarang.
Beberapa kurs nilai
tukar, yaitu:
1. Kurs pembayaran
dividen
2. Kurs pasar bebas
3. Kurs penalti atau
preferensi yang dapat digunakan (terkait dengan ekspor atau impor)
Kurs pasar bebas lebih
disukai, dengan satu pengecualian: apabila terdapat kontrol nilai tukar yang
khusus (yaitu apabila beberapa jenis dana yang secara pasti telah dialokasikan
untuk transaksi tertentu dengan kurs nilai tukar valuta asing khusus yang
berlaku), kurs yang berlaku tersebut harus digunakan.
TUGAS 2
ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN
Laporan
keuangan merupakan suatu data yang dapat memberikan gambaran dan
informasi-informasi mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat
atau pada suatu periode tertentu dan dapat membantu investor dan para pelaku
pasar modal lainnya dalam mengidentifikasikan keadaan suatu perusahaan
1. Likuiditas (Rasio Likuiditas)
Rasio Likuiditas
adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang
digunakan, yaitu :
1) Current Ratio
2) Acid Test Ratio
3) Cash Position Ratio
a.
Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Semakin tinggi
rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga
menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva
lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka
panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian lebih.
Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan
lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi
makro ekonomi secara umum.
b.
Quick test ratio (QTR) yaitu kemampuan aktiva lancar minus
persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang
lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio
lancar, karena penghilangan unsure persediaan dan pembayaran di muka serta
aktiva yang kurang lancar dari perhitungan rasio. Rumusnya adalah (kas + setara
kas + piutang ) dibagi kewajiban lancar.
c.
Net Working Capital (NWC) atau modal kerja bersih. Rasio modal
kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban
lancar. Rumusnya adalah (aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi kewajiban
lancar.
2.
Rasio Efesiensi
Berdasarkan
perhitungan pada analisis rasio aktivitas, Perusahaan hanya mengalami perbaikan
pada Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover), sementara pada analisis
rasio lainnya mengalami kenaikan dimana berdasarkan evaluasi rasio jika rasio
ini mengalami kenaikan pada tahun berikutnya maka kinerja perusahaan tidak membaik
bahkan bisa dikatakan buruk dalam hal efisiensi nilai persediaan dan aktiva.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan.
yaitu :
1) Total Debt To Equity Ratio
2) Total Debt To Total Assets Ratio
3) Long Term Debt To Equity
4) Long Term Debt To Total Assets
3. Rasio
Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas Setiap kegiatan
bisnis yang dijalankan baik secara perorangan maupun berkelompok bertujuan untuk
mensejahterakan pemilik atau menambah nilai perusahaan dengan laba yang
maksimai Harapan untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi memerlukan perhitungan yang cermat
dan teliti dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perusahaan baik faktor intern maupun faktor ekstern.
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat
rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu :
1) Return On Equity (ROE)
2) Return On Assets (ROA)
3) Net Profit Margin
4) Gross Profit Margin
Tujuan analisis keuangan adalah untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa lalu dan untuk menilai
apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat penting dalam
melakukan analisis keuangan